Senin, 03 November 2014

MENGENANG PERISTIWA KARBALA 10 MUHARAM.

TRANSKRIF CERAMAH.

KH Said Aqil Siradj - Haul Sayyidina Husein R.

Alhamdulillah wa shalatu wa salamu ‘ala maulana wa syafiina wa
habibina rasulillah, Muhammad saw. Wa man tabai’a sunnatahu
wa jama’ana ila yaumina hadza, ila yaumil ba’tsi wa kafa.
Ashabal Fadhilah Sadatana Ahlal Baitil Mushtafa, Habibabana wa
hamzakumullah, Wa ‘ala ru’usihim Assayiid Hasan Alai al-Idrus.
Hadratsus Syaikh KH. Mahfudzh, KH. Hassan Kriyani, Rekan-
Rekan Pengurus NU, Wawan Arwani, rekan-rekan pengurus PMII,
pimpinan Forum Umat Islam se wilayah III, Bapak Syaihu, Sadati
wa Sayidati ahlil kubur.

Alhamdulillah pada malam hari ini, saya juga merasa berbahagia
bisa menghadiri acara yang sangat mulia dzikra syahadati sebeti
rasulillah saw, sayidina wa imamina Abi Abdillah al-Hussein as.
Mudah-mudahan kita semua medapatkan berkahnya, syafaatnya,
sehingga kita menjadi umat yang selamat bahagia dunia akhirat amin ya rabbal amin.

Soal ada halangan, tempatnya pindah, saya harap kepada seluruh
panitia, jangan marah. Maafkan mereka yang memindahkan tempat acara ini. Maafkan yah, jangan marah, jangan dendam.
Allahummahdihim fainnahum la ya’lamun. Alhamdulillahi al-ladzi ja’ala a’da’na umaqa.

Hadirin yang saya hormati, setelah al-khalifah al-rasyid yang keempat, al-Imam Sayyidina Ali bin Abi Thalib dibantai, dibunuh
pagi Jum’at 17 Ramadhan th. 40 H. oleh seorang yang bernama
Abdurrahman ibn Muljam. Pembunuh Sayyidina Ali ini orangnya qiyamul lail wa shiyamun nahar, hafidhul Qur’an. Orangnya tiap malam tahajud, sampai jidatnya hitam, tiap siang puasa, dan hafal
al-Qur’an.

Mengapa dia membunuh Sayyidina Ali? Karena menurutnya Sayyidina Ali itu kafir? Apa Kafir? Keluar dari Islam.
Kenapa Ali kafir? Karena menurutnya, Ali menerima hasil rapat
manusia. Hukum atau keputusan rapat manusia. Padahal, la hukma ilallah (tidak ada hukum selain hukum Allah), wa man lam
yahkum bima anzalallah faulaika humul kafirun (maka barang
siapa menggunakan selain hukum Allah, maka kafir). Sayyidina Ali  tidak menggunakan hukum Allah, tetapi menggunakan hukum hasil
kesepakatan rapat di Dummatul Jandal. Kalau kafir, maka harus dibunuh.

Eh anak kemarin sore, mentang-mentang jidatnya hitam dan jenggotnya panjang, mengkafirkan man aslama min al-
shibyan, shihru rasulillah, fatihu khaibar, min al-sabiqin al- mubasyirun bi al-jannah, bab al-ilm.

Anak kemarin sore berani mengkafirkan remaja yang pertama kali
masuk Islam, yang pertama kali shalat jamaah di masjidil haram.
Waktu itu ditertawakan oleh Abu Jahal dan teman-temannya.
Waktu itu yang pertama kali shalat jama’ah di masjidil haram tiga
orang. Saat itu imamnya Rasulillah, makmumnya sayyidah khadijah al-kubra dan Sayyidina Ali. Tiga orang itulah yang
pertama kali shalat terang-terangan di dunia ini. Dikafirkan oleh anak kemarin sore, maklum pernah ikut pesantren kilat dua minggu.

Ali adalah shihru rasulillah, menantu rasul. Ia juga dijuluki bab al-Ilmu, sahabat yang intelek dan cerdas. Ali juga adalah min al-
sabiqin al-awwalin al-mubasyirun bi al-jannah, salah satu orang
yang sudah dikasih tahu pasti masuk surga. Di samping sahabat
Abu Bakar, Umar, Utsman, Thaha, Zubair, Abdullah bin Auf, Abu
Ubaidah, Amr bin Jarrah, sampai orang sepuluh yang dikasih tahu pasti masuk surga.

Sayyidina Ali juga dipercaya sebagai Fatihu Khaibar, yang memimpin perang mengalahkan benteng terakhirnya Yahudi di
Khaibar. Dan Imam Ali juga selalu hadir dan ikut bersama rasul dalam peperangan perjuangan jihad fi sabililillah. Yang begini
dikafirkan oleh anak kemarin sore, bernama Abdurrahman ibn Muljam.

Ini, penyakit seperti ini sudah mulai masuk ke Cirebon. ”Alah baca
al-Qur’an juga plentang-plentong. Ngerti nggak itu asbab al- nuzul? Ngerti nggak itu tafsir? Negerti nggak itu mushtalah hadits?
Shahih, hasan dan dha’if? Ngerti nggak itu qira’ah sab’ah?
Apalagi qira’ah sab’ah, qira’ah yang biasa aja nggak bener kok!
Ngerti nggak ushul fiqh? Ngerti nggak itu ilmu kalam? Tarikhu Tamaddun? Tarikhu Hadharah wa Tsaqafah? Ngerti nggak itu?
Tahu-tahu mudah sekali mengkafirkan dan menyalah-nyalahkan orang. Alah, Allahummahdi qaumi fainnahum la ya’lamun, Alhamdulillah al-ladzi ja’ala a’da’na umaqa, juhala. Alah. ”

Setelah Sayyidina Ali terbunuh di Kuffah, maka gubernur Syam, Muawiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abdi Syams
ibn Hasyim merasa plong, tidak ada saingan. Tidak ada yang diperhitungkan lagi. Maka ia mendeklarasikan diri sebagai
penguasa tunggal. Lalu setelah itu buru-buru ia mengangkat anaknya yang bernama Yazid, diangkat menjadi putra mahkota,
yang akan mewariskan tahta, artinya kalau ia mati, langsung digantikan anaknya, yang bernama Yazid. Yazid sendiri adalah
anak seorang ibu yang bernama Maesun, orang Badui pedalaman,
yang tidak suka tinggal di istana, dan suka hidup di padang pasir dan suka tidur di kemah. Yazid sendiri tidak pernah belajar ngaji
dan belajar agama, ia hanya belajar berburu, naik kuda, memanah dan memainkan senjata.
Setelah Muawiyah meninggal, Yazid langsung menjadi penggantinya, penguasa umat Islam. Waktu itu diutus beberapa
utusan berangkat dari Damaskus ke seluruh provinsi untuk mengambil sumpah setia dari tokoh-tokoh yang ada kepada
Yazid. Utusan-utasan itu berangkat ke Mesir, ke Basrah, ke Kuffah dan juga diantaranya ke Madinah. Sampai di Madinah,
para sahabat besar, seperti Abdullah ibn Umar dan lain-lainnya mau berbai’at karena dipaksa dan dibawah intimidasi. Meski yang
lain bai’at, Imamuna Sayidina Husein meminta waktu untuk berfikir. ”Nanti saya fikir dulu malam ini”,katanya.

Lalu Sayyidina Husein pulang ke rumah. Di dalam kegelapan malam, beliau beserta seluruh keluarganya meninggalkan Madinah
al-Munawarah berjalan kaki menuju Makkah al-Mukarramah.

Masuk kota Makkah, ketika orang datang haji, orang-orang datang
ke Minna, beliau beserta keluarganya keluar dari Makkah. Beliau saat itu sudah sering haji.

Ketika Sayyidina Husein keluar dari Makkah, di tengah jalan ia dinasihati oleh seorang penasihat, bahwa kalau mau melakukan
perjuangan jangan pergi ke Kuffah. Karena orang Irak mudah berhianat. Sebaiknya kamu ke Yaman, karena orang Yaman jujur
dan mudah tidak hianat.

Ditengah jalan lagi, Sayyidina Husein berjumpa seorang penyair bernama Farazdaq. Farazdaq bertanya mau kemana wahai yang
mulia? Beliau menjawab, saya mau ke Kuffah, saya menerima lebih dari seratus surat, agar saya hijrah dan membangun peradaban di sana.

Farazdaq berkata; ”Jangan percaya orang
Kuffah, mulutnya bersama kita tetapi hatinya beserta Muawiyah”.
Sayyidina Husein menjawab, saya akan tetap menuju Kuffah.
Farrazdaq berkata lagi: ”Kalau begitu, perempuan dan anak-anak jangan kamu bawa”. Tetapi mereka tetap diajak bersama.
Rupanya Allah sudah menentukan mati syahidnya Husein,
sehingga Sayidina Husein tidak menerima masukan orang lain.
Akhirnya beliau tetap berjalan bersama keluarga dan pengikutnya.

Ada bukunya berjudul Ashabu Husein, sedikit sekali, yang bersenjata hanya berjumlah 54 orang.
Setelah Sayyidina Husein meninggalkan Farrazdaq, lalu ada orang yang bertanya.

”Wahai Farrazdaq, tadi kamu berbicara sama
siapa, kok kelihatanya asyik banget”, tanya orang tersebut.
Farrazdaqpun menjawab dengan lantunan bait-bait syair, yang artinya:

"Tadi yang saya ajak ngomong itu, kamu ndak tahu? Kamu ndak tahu?
Dia sudah dikenal seluruh umat manusia
Baik penduduk tanah halal dan tanah haram
Ka’bah pun sudah kenal dia Siapa dia itu?
Dia adalah anak orang yang paling mulia (Sayyidina Ali)
Dia adalah orang yang bertakwa, bersih dan suci
Kalau kamu ndak tahu? Dia putra Fatimah
Ketika orang Quraish melihatnya
Orang Quraish akan mengatakan, bahwa orang inilah ujung orang yang mendapat kemuliaan
Dengan kakeknyalah para Rasul dan Nabi di akhiri Karena kakeknya Nabi yang terakhir.

Sayidina Husein beserta rombongan terus melanjutkan perjalanan.
Dan sesampainya di padang Karbala dihadanglah oleh 400 pasukan penunggang kuda yang diperintah oleh Abdullah ibn
Ziyad, yang dipimpin Umar ibn Sa’ad ibn Abd al-Waqas.

Terjadi peperangan yang tidak seimbang, termasuk hampir tentara
Husein yang hanya berjumlah 54 orang. Semua yang ikut Sayidina
Husein mati syahid, kecuali Imam Ali Zainal Abidin, tidak meninggal karena tidak keluar kemah karena sedang sakit
demam. Dan juga istri Sayidina Husein, Fatimah, adiknya juga
Sayidah Zainab dan kakaknya lagi. Kira-kira ada 4 orang yang selamat.

Sebenarnya mudah sekali untuk membunuh dan membantai Sayidina Husein, gampang. Tetapi tiap orang yang mendekat dan
hendak membunuh beliau, maka akan berusaha menjauh, dan
mengatakan kalau bisa jangan saya yang membunuh, tetapi yang lain saja.

Kalau datang waktu adzan, waktu shalat, semuanya berhenti, lalu tidak ada yang berani menjadi Imam Shalat. Semua
sepakat Sayidina Husein yang mengimami shalat. Jadi yang memusuhi juga makmum ke Sayidina Husein. Habis shalat lalu
bertempur lagi.

Sampai akhirnya seorang yang menjadi jausyan (tentara, algojo),
dengan berani menarik Sayidina Husein dari kudanya. Begitu jatuh, dinaikkin, diinjak, ditebas lehernya, dipisahkan kepala dan
badannya. Badanya diinjak-injak oleh kuda sampai rata dan menyatu dengan tanah Karbala. Tinggallah kepalanya. Kepalanya
ditancapkan di tombak, dibawa ke Kuffah, diarak keliling kota
Kuffah, bersama 4 keluarganya tadi. Dari Kuffah lalu dibawa ke
Syiria, Damaskus. Di kereta itu isinya, istrinya, adiknya, anaknya, dan saudaranya. Luar biasa sekali (kejamnya red.).

Sampai di Damaskus, kepala itu dipasang di depan istana Yazid.
Dan setiap orang yang lewat diperintahkan oleh tentara untuk memaki-maki dan menjelek-jelekannya. Setelah kepala itu cukup
lama terpajang di depan istana Yazid, Sayidah Zaynab memberanikan diri agar dizinkan membawa kepala itu pulang ke
Madinah. Yazid mengizinkan. Tetapi di tengah jalan dicegat oleh tentara Yazid agar kepala tersebut tidak sampai ke Madinah.
Karena takut dapat membangkitkan dan membakar emosi penduduk Madinah. Makanya kemudian kepala tersebut
dibelokkan ke Mesir. Makanya makam Sayidina Husein ada di Kairo di Mesir. Ali Zainal Abidin, putra beliau, dipulangkan ke Madinah.

Saudara-saudara dan para hadirin sekalian, kenapa saya cerita demikian? Ini karena ideologi apa pun, agama apa pun, keyakinan
apa pun tidak bisa besar tanpa ada pengorbanan, tanpa ada
syahadah (kesyahidan). Ini terlepas dari agama apa saja. Kristen
bisa maju karena banyak pengirbanan. Budha dan Hindu masih tetap ada karena banyak pengorbanan. Demikian juga Islam,
berkembang sampai sekarang karena pengorbanan syuhada,
banyak nyawa yang mengalir, demi mempertahankan agama Islam.

Pertama kali yang syahid dalam agama Islam adalah perempuan,
namanya Sumayah. Istrinya Yasir, ibunya Amar bin Yasir, yang dibunuh oleh Abu Jahal. Lalu seminggu kemudian, suaminya
dibunuh, Yasir. Seminggu kemudian, Amar akan dibunuh. Tetapi
selamat, karena dalam keadaan terpaksa ia pura-pura murtad.

Begitu pura-pura murtad, langsung menghadap Rasulullah saw,
dan menyatakan bahwa dalam keadaan terpaksa, diancam dibunuh, ia pura-pura murtad, pura-pura mecaci maki Rasul.
Rasul menanyakan, bagaimana isi hati Amar? Amar menjawab,
hatinya tetap beriman. Rasul pun memaafkannya, karena memang dalam keadaan terpaksa.

Jadi yang pertama syahid dalam Islam
itu perempuan. Kalau laki-laki itu biasanya omongnya saja yang besar. Kalau perempuan itu buktinya ada.
Selanjutnya banyak lagi darah pengorbanan para syuhada tercurah demi mempertahankan Islam. Syuhada Badar, syuhada
Uhud. Sayidina Hamzah ibn Abbas, Sayidina Hmzah ibn Abdi Muthalib, Mus’ab ibn Umay, Sayidina Khalid ibn Walid, dan yang
lainnya.

Darah syuhada mengalir demi melanggengkan ajaran Islam.

Syahadah Sayidina Husein tudak akan percuma, tidak sia-sia.
Islam bisa sampai di Indonesia itu antara lain, disebabkan oleh syahadah Sayidina Husein. Bagitu Sayidina Husein, sebagai ahlu
bait yang dibenci penguasa. Sayidina Husein memiliki putra, Ali Zainal Abidin. Zainal Abidin punya putra Muhammad al-Baqir.
Muhammad al-Baqir punya putra Ja’far al-Shadiq. Ja’far al- Shadiq punya putra Musa al-Kadzim, Ismail. Musa al-Kadzim
punya putra Ali al-Uraifi, yang kuburannya sekarang kuburannya di Madinah digusur dan dijadikan jalan tol. Imam al-’Uraifi punya
putra namanya, ’Isha. ’Isha punya putra Ahmad. Ahmad hijrah dari
Madinah ke Yaman. Dari Yamanlah Ahmad al-Muhajir punya keturunan sampai ke Kamboja, sampai ke Cirebon, Gresik. Para
wali songo di pulau Jawa ini adalah kuturunan dari al-’Uraifi.

Seandainya ahlu bait itu hidupnya enak, tidak dikejar-kejar mungkin Islam akan lambat datang ke Indonesia.

Syahadah Sayidina Husein tidak sia-sia. Dengan syahadah
Sayidina Husein mempercepat Islam tersebar ke Timur. Pada
malam hari ini kita mengenang kembali, menghormati pengorbanan cucu Rasul saw.

Kita ini bukan saudaranya, bukan
cucunya, bukan besannya, tetapi menghormati saja kok males banget. Malah ada yang tidak percaya, ”haul itu apa?”, ”kirim doa
itu apa?” ”ndak akan nyampe”, katanya.
Coba kalau kita balik doanya, doakan bahwa: ”mudah-mudahan Bapak sampean masuk
neraka”. Nah kalau didoakan seperti ini maka orang itu marah juga. Berarti percaya bahwa doa itu sampai dong.

Islam yang datang ke Jawa ini adalah Islam ahli sunnah wal jama’ah, Islam yang selalu menjunjung tinggi tawasuth, berfikir
moderat.  Tidak ekstrem. Islam yang dibawah para habaib, sayyid, dan saddah, yang berdakwah dengan cara-cara damai. Dulu tidak ada para habaib yang galak. Mereka berdakwah dengan cara dan
sarana-sarana kebudayaan yang ramah. Para wali dan Sunan itu kan para habaib, tidak ada yang galak. Tidak tahu kalau sekarang,
dan akhir-akhir ini, apa ada habib yang galak. Yang jelas dulu tidak ada para habaib kalau berdakwah pakai cara-cara
mengobrak-abrik rumah orang. Saya tidak tahu, kalau sekarang,
mungkin ada habib yang berdakwah secara keras?
Dakwah para dakwah habib itu dengan cara-cara ramah, dan
memasukkan bahasa dan budaya ke sini. Banyak kata dalam bahasa Arab masuk ke bahasa Indonesia.

Dulu para ulama memoles sedemikian rupa, melalui cara-cara budaya, bahasa,
yang damai. Tidak ada paksaan dalam agama. Dan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam
Ada seorang namanya al-Hasyim dari Bani Salim al-Khazraj. Ia musyrik, punya dua anak beragama Kristen. Sewaktu Nabi masuk
Madinah, ia masuk Islam. Ia pun memaksa dua anaknya agar masuk Islam. Lalu turunlah ayat al-Qur’an yang berbunyi: ”La
ikraha fi din” (tidak ada paksaan dalam agama). Jadi asbab al- nuzul turunya ayat La ikraha fi -din adalah karena kondisi
berikut.

Oleh karena itu, mari kita yang ahli sunnah, dan para ahlu bait, dan para pecinta keluarga Nabi, kita tunjukkan bahwa kita
berakhlak. Kita jauhi segala tindak kekerasan, kita jauhi cara-cara dakwah syiddah dan ikrah.
Rasulullah ketika Fathu Makkah, begitu masuk Makkah, lalu menyebarkan jargon bahwa hari ini adalah bukan hari pembalasan
tetapi hari kembali membangun kasih sayang (yaumul marhamah). Dengan demikian sekonyong-konyong para musuh
Quraisy Makkah datang ke Muhammad saw. Maka kemudian turunlah ayat yang menyeru agar Nabi pun memaafkan mereka
dan meminta ampun mereka kepada Allah
Islam bukan hanya agama aqidah dan syariah. Tetapi Islam juga adalah agama Tamadun dan Tsaqafah, Islam adalah agama peradaban dan pengetahuan.

Globalisasi yang di bawah islam dari
timur ke Barat, adalah kemajuan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan. Bukan globalisasi fitnah dan fawahisy, yang seperti
kita laksanakan sekarang ini
Oleh karena itu, agama tidak akan maju, bila tidak dibarengi dengan peradaban. Agama tidak akan maju bila tidak dibarengi
dan diwarnai dengan budaya. Karena agama itu suci dari langit, akan langgeng bila disosialisasikan, bila dibumikan secara
manusiawi, dan bukan melulu didoktrinkan. Aqidah, Iman dan Shalat serta Puasa memang dari ajaran langit. Tetapi tidak akan
langgeng bila tidak dibarengi dengan budaya.

Kita harus mempertahankan nilai ketuhanan dengan aktifitas manusia di
bumi. Menjadikan peradaban sebuah doktrin.

Dulu kan ada tradisi sesajen, para ulama dan kyai tidak langsung menyatakannya sebagai syirik. Tetapi menyatakanya bahwa kalau
kamu punya uang yah sedekahnya atau sesajennya jangan cuma di empat pojok.

Tetapi ayo menyembelih kambing saja. Setelah kambing disembelih, lalu orang deramwan itu tanya mau taruh
dipojok mana daging kambing itu? Maka kyai akan menjawab jangan ditaruh tetapi mari undang para tetangga untuk makan-
makan dan doa serta tahlil bersama. Nah dakwah semacam ini kan ramah. Tidak langsung mengatakan ini itu syirik dan bid’ah,
nanti umat lari.

Jangan sekali-kali menuding ini itu syirik atau bid’ah. Mengerti tidak apa itu bid’ah itu?.

Apa yang tidak dilakukan dan diajarkan
Nabi itu bid’ah Kalau tidak ngerti, diantara contoh bid’ah adalah tulisan Arab yang ada titiknya itu bid’ah. Nah titik itu ditemukan
oleh Abu Aswad al-Dualy pada th. 65 H. Sudah ada titiknya juga masih banyak yang belum bisa baca al-Qur’an, maka, Imam Khalil
ibn Ahmad al-Farahidi, gurunya Imam Syibawaih, bikin syakal (harakah), fathah, kasrah dan dhammah.

Sudah ada titik dan syakal, nyatanya masih banyak orang yang tidak bisa baca al-Qur’an, maka Imam Abu Ubay Qasim ibn Salam
w. 242 H menyusun ilmu Tajwid, agar benar dalam membaca al- Qur’an. Mau bener baca al-Qur’an pakai ilmu Tajwid. Ilmu Tajwid
itu bid’ah, karena memang semua ilmu pengetahuan itu bid’ah.

Karena memang Rasul tidak mengajarkannya.
Contoh lagi, ada seorang gubernur dari Asia Tengah, Amir al-Mahdi kirim surat pada Muhammad ibn Idris ibn Syafi’i (Imam
Syafi’i). Surat itu isinya tanya, saya kalau baca al-Qur’an dan Hadits, itu isinya nampak bertentangan? Lalu untuk menjawab ini
Imam Syafi’i menyusun kitab Ar-Risalah, yang berisi kaidah- kaidah Ushul Fiqh. Serta ada Ushul Fiqh baru kemudian ada Ilmu
Fiqh. Lalu kemudian ada penjelasan dalam Ilmu Fiqh mengenai rukun shalat. Kalau mau shalatnya benar yah mengikuti Ilmu Fiqh,
yang susunannya ulama.Kalau Cuma lihat al-Qur’an dan Hadits tidak akan ketemu
Contoh satu lagi, biar jelas saja. 

Contohnya ada orang pergi haji,
masuk hotel ambil kamar yang bagus. Begitu tanggal 8 mau ke Arafah, ia mau cari tahu berapa jarak hotel ke Arafah, ke mana
arahnya, naiknya apa? Dia lalu buka al-Qur’an dan Hadits, yah tidak akan ketemu. Nah sebaiknya bagaimana, yah ikut saja
rombongan yang ke Arafah. Nah ikut saja itu kan bahasa Indonesia, bahasa Arabnya yah taqlid saja.

Jadi kita tidak bisa melaksanakan ibadah dengan baik tanpa ilmu Fiqh, yang bukan bikinan Rasul, bukan sahabat Abu Bakar,
Utsman dan Ali. Sahabat Husein juga tidak bikin Ilmu Fiqh.

Nah bila ada orang shalatnya bagus sekali, lalu kita tanya, Bapak kan
shalatnya bagus sekali, dari mana belajarnya Pak? Lalu bila ia jawab, ia belajar dari al-Qur’an dan Hadits, itu bohong. Kalau mau
jujur, ia sebenarnya belajar dari ayah atau gurunya, yang mentok-
mentoknya merujuk pada kitab Safinah. Atau kalau Safinah terlalu
besar, yah mentok merujuk pada Fashalatan, atau minimal buku Petunjuk Shalat Lengkap.

Yang namanya ibadah itu harus dengan ilmu. Sedangkan ilmu itu
bukan karangan Rasul dan para sahabatnya. Ilmu Mushtalah Hadits itu disusun oleh Imam Syihabuddin Arrahumuruzi atas
perintah Umar ibn Abd al-Aziz, setelah mengingat banyakanyaBhadits dha’if dan palsu. Jadi Islam itu agama peradaban, akhlak
dan pengetahuan. Bukan hanya doktrin yang sering ditampilkan sangar itu.

Karena itu mari mulai malam hari ini, tingkatkan ahlak kita,
tingkatkan ilmu pengetahuan kita. Pahamilah Islan dengan baik dan benar. Kalau mau memahami al-Qur’an tidak bisa langsung,
polosan. Harus mengerti asbab al-nuzul, ilmu tafsir, ilmu qira’ah, ilmu bahasa Arab, nahwu sharafnya. Kalau ingin memahami ilmu
hadits maka harus memahami ilmu mushtalah al-hadits.

Pada kesempatan ini, mari kita rayakan jasa para habaib dalam menyebarkan agama Islam. Seandainya tidak ada habaib dan ahlu
bait, mungkin kita akan jauh bisa meneladani akhlak Rasul saw.

Imam Syafii pernah menyatakan, bahwa kalau ada orang yang mencintai Ahlu Bait, lalu dianggap Syiah, maka OK tidak apa-apa,
silahkan saya dianggap Syiah.

Sesungguhnya, tragedi pembantaian di Karbala yang demikian bukan hanya tragedinya Syiah, tetapi tragedi kemanusiaan.
Seharusnya ini bukan hanya milik Syiah tetapi yang lain juga.

Tulisan ini adalah rekaman ceramah KH. Said Aqiel Siradj [Ketua
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)] pada acara peringatan
10 Muharam di Keraton Kasepuhan Cirebon, 07/01/2009, yang
dibayang-bayangi tindak intoleransi dan diskriminasi.

sumber dari video youtube

http://m.youtube.com/watch?v=RB3GDuzb3iw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar