Selasa, 23 Desember 2014

WAWANCARA PROF DR KH SAID AQIL SIROJ MA. Warga NU Tiadak Luntur Imannya Walau Ucapkan Natal.

WAWANCARA Said Aqil Siradj: Warga NU Tidak Luntur Imannya
Walau Ucapkan Selamat Natal

SUMBER : http://www.rmol.co/RMOL

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Said Aqil Siradj mengatakan, ucapan natal boleh saja disampaikan kepada umat Kristiani demi kerukunan umat beragama.

“Asal niatnya selamat atas kelahiran Isa Almasih sebagai Rasul Allah. Toh umat Kristiani juga selalu ucapkan selamat
Idul Fitri dan selamat atas kelahiran Nabi Besar Muhammad.

Lalu salahnya di mana,” kata Said Aqil Siradj, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Ma’aruf Amin melarang umat Islam mengucapkan Natal kepada umat Kristiani.
“Sebaiknya tidak usah saja lah (mengucapkan Natal). Tahun baru saja. Mengucapkan Natal itu masih menjadi perdebatan,”
kata Ma’ruf Amin.

Said Aqil Siradj selanjutnya mengatakan, dirinya selalu me­ ngucapkan Natal kepada tetangganya yang umat Kristen
Katolik dan Kristen Protestan.

“Saya menghormati tokoh besar yang harus kita hormati dan Nabi Isa itu adalah salah satu Nabi dari kelima Nabi yang
diberikan kebesaran dan mukjizat dari Allah. Kan umat Islam menanggapinya sebagai Nabi Allah, bukan Tuhan,’’ paparnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Tangapan Anda atas pendapat MUI itu?

Memang MUI melarang itu. Tapi menurut saya itu sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Ucapan itu kan sama seperti me­ reka mengucapkan selamat atas kelahirannya Nabi
Muhammad, Musa dan Nabi-nabi  Allah lainnya, itu kan boleh.

Kalau yang dilarang seperti apa?

Yang dilarang itu kalau ikuti ritualnya seperti yang dilakukan umat Kristiani.
Nah itu yang tidak boleh.
Kalau ucapkan selamat saja, saya rasa tidak salah.

Apa yang terkandung dari larangan MUI itu?

Kalau saya melihatnya, ada kekhawatiran ( kekhawatiran gak bisa jadi dalil) para ulama kalau mengucapkan Natal itu akidah umat Islam dapat bergesar.
Maka ada sebagian ulama yang masih melarang itu.

Kalau di NU bagaimana?

Kalau saya yakin umat Islam, terutama warga NU tidak luntur imannya kepada Allah walau walaupun mengucapkan selamat
Natal.
Saya pastikan akidahnya tidak akan bergeser dan berkurang
atau luntur imannya kepada Allah. Maka menurut saya, tidak
perlu dilarang seperti itu.

Apa ada larangan seperti itu di Al-Quran atau Hadist?

Tidak ada larangan yang spesifik tertulis dalam Al-Quran dan
Hadist. Kalau saya mengatakan selamat kepada tetangga saya
dan saudara-saudara saya yang berlainan agama, masa tidak boleh.

Anda menilai ucapan Natal itu sebagai apa?

Ucapan itu sebagai upaya menjaga dan memperkuat tali persaudaraan antar umat beragama. Kita tidak bisa membangun Ukhuwah Islamiah tanpa menghargai keberadaan agama lainnya.
Kalau dibiarkan dan berhenti pada Ukuwah Islamiah saja, kita
akan menjadi ekstrim, tertutup, eksklusif. Malah bisa jadi radikal.
Saya berharap Ukhuwah Islamiah dibangun dengan ukhuwah watoniah.

Maksudnya?

Kita sering bicara mari berjuang demi agama Islam, mari mensyiarkan agama Islam. Memperjuangkan itu kan di atas
tanah air kita. Oleh karena itu memperkuat kesatuan tanah air itu lebih penting, kemudian memperjuangkan agama Islam.

Kenapa?

Kalau tercerai-berai, bagaimana kita bisa perjuangkan Islam.
Apa perjuangkannya di langit, di awang-awang.

Seharusnya bagaimana?

Kita harus menunjukkan sikap yang baik sebagai umas Islam
sejati. Yakni dengan membangun simpati atas sesama dalam beragama.
Bersikap baik dan menghargai agama lain adalah ilmu marketing dengan membuat hubungan yang menarik dan
fleksibel.

Contohnya saja, para Wali Songo dulu baik-baik dengan orang
Hindu, masyarakat Jawa, dan dengan kerajaan Majapahit.
Lama-lama simpati itu muncul, kemudian berbondong- bondong masuk Islam.
Kalau ada larangan itu justru dikhawatirkan akan muncul an­ tipati terhadap Islam itu sendiri. Padahal keberadaan agama
Islam untuk kita semua, termasuk yang non-muslim.

Apa yang diajarkan Nabi Muhammad tentang ini?

Nabi Muhammad 13 tahun di Mekkah yang waktu itu ada 360 berhala dengan bermacam-macam nama. Bahkan ada yang di­
tempatkan di atas Ka’bah.’Tapi’Nabi tidak pernah meminta para sahabatnya untuk menghancurkan berhala itu. Tapi tetap
menjalankan ibadah berdasarkan ajaran Islam.
Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad mampu mengua­sai Mekkah dan orang Mekkah malah berbondong-bondong
masuk Islam. Ini karena kebaikan. Baru setelah orang-orang
itu masuk Islam dengan kemauannya sendiri, lalu menghancurkan berhala itu.

Toleransi itu sudah terbangun sejak zaman Nabi Muhammad?

Ya. Bahkan Nabi Muhammad punya mertua dari Yahudi dan
Kristen. Tapi istrinya masuk Islam. Ini artinya saling menghor­ mati satu sama lain. Tidak boleh melakukan kekerasan atas
nama agama. Sebab, pada dasarnya agama tidak mengajarkan
kekerasan. [Harian Rakyat Merdeka]
________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar