Senin, 26 Januari 2015

MENGENAL BURDAH DAN MANFAATNYA.

Tentang Imam Al-Bushiri ra

Di dalam kitab “Jamharatul Auliyaai wa A’laami Ahlit Tashauwufi” ,
karangan ‘Aalimul Jalil as Sayyid Machmud Abul Faidl al Manufi al- Husaini, di jelaskan sebagai berikut :

“ Beliau seorang ustadz yang tegas, yang ‘arif sempurna, surya agama, tanda kebenaran ummat, guru (syaikh) orang – orang
yang ahli hakikat : Abu ‘Abdillah Syarafuddin Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin ‘Abdullah bin Shanhaj bin Hilal As Shanhaji Al Bushiri.

Dilahirkan di Dalaash pada awal bulan Syawal hari Selasa tahun 608 H/1211 M.
kedua orang tuanya dari Maghrib, kemudian
menetap di Dalaash namun beliau besar di Bushir, sehingga kemudian lebih dikenal dengan Imam Al Bushiri.

Al Bushiri sebenarnya tak hanya terkenal dengan Burdah- nya. Ia juga dikenal sebagai Ahli Fiqih dan Ilmu Kalam.
Namun nama Burdah telah menenggelamkan ketenarannya sebagai seorang sufi
yang besar yang memiliki banyak murid.

Dalam kaitannya dengan alam kesufian ini Beliau adalah pengikut Tarekat Syaziliyah dan
merupakan murid dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. dimana Syeich Abul Abbas Al Mursi sendiri adalah murid langsung dari Sayyidina
Syeich Abul Hasan As Syazili (Pendiri Tarekat Syaziliyah).

Tercatat bahwa Al Bushiri dan Syeich Abdullah bin Ahmad Athaillah (Pengarang Kitab Al Hikam) merupakan murid
kesayangan dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. Namun karya Burdah- nya dipandang sebagai puncak karya sastra dalam
memuji Rasulullah SAW, Al Bushiri diberi gelar sebagai Sayyidul Muddah yang berarti “Pemimpin para pemuji Rasulullah SAW”.

Sayyid Mahmud Faidh Al Manufi menulis dalam bukunya, Jawharat al awliya  , bahwa Al Bushiri tetap istiqamah dalam
hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya.
Beliau wafat pada tahun 696 H dan dimakamkan di Iskandaria, Mesir,
sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah yang berdampingan dengan makam gurunya, Syeich Abul Abbas Al Mursi.

Dan setelah 2 (dua) tahun dari kewafatannya lahirlah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad yang dikenal dengan Ibnu Jaabir
Al Andalusi. Ia terpesona dengan qasidah Burdah, yang dikemudian hari hal ini mengilhaminya untuk membuat suatu
qasidah dalam memuji Rasul SAW.

Ibnu Jaabir Al Andalusi wafat
pada bulan Jumadil Akhir 780 H, dimakamkan di Birroh, Andalusi.
Imam Ibnu Hajar mengatakan, “Al Bushiri adalah keajaiban yang
ditampakkan Allah SWT dalam hal susunan prosa dan syair.
Andaikan ia tidak memiliki karya kecuali qasidahnya yang terkenal dengan nama Al Burdah tersebut, itu sudah cukup
mengangkat kemegahannya.

Begitu pula qasidah hamziyah nya
(qasidah yang diakhiri dengan hurup hamzah) yang memukau.”

Latar Belakang Munculnya Burdah 

DR. Zakki Mubarak menyatakan : Al Bushiri mengemukakan kepada kita mengapa ia menulis Burdah , katanya : “Aku
menyusun qasidah–qasidah ini untuk memuji Rasulullah SAW.
Disamping itu temanku yang bernama Zainauddin Ya’qub bin Az Zubair meminta kepadaku untuk membuat suatu bentuk syair.
Bertepatan kemudian peristiwa yang menimpa daku yaitu sakit lumpuh separo badanku, kemudian terpikir oleh daku untuk
menyusun qasidahku ini dan aku pun mengerjakannya, dan aku mengharapkan syafa’at dengan qasidah itu kepada Allah SWT,
agar Allah Ta’ala menyembuhkan daku, dan aku ulangi melagukannya, aku berdo’a, dan aku bertawassul dan aku pun tidur kemudian aku bermimpi melihat Nabi SAW.

Kemudian Nabi SAW mengusapku dengan tangannya yang berkat itu, dan memberikan kepadaku Burdah . Akupun tersentak, lalu terbangun, aku pun berdiri dan keluar dari rumahku, dan aku tidak pernah memberitahukan hal  tersebut kepada seorang pun sampai kemudian sebagian orang – orang fakir menemui daku dan berkata kepadaku : “ Aku mengharapkan engkau memberikan
kepadaku qasidah yang engkau buat memuji Rasulullah SAW”,

kemudian aku berkata : yang mana? Sang Fakir berkata : ialah yang engkau karang waktu engkau sakit dan kemudian ia menyebut permulaannya, dan kemudian sang fakir berkata :

“Demi Allah sungguh aku mendengarnya kemarin ketika disenandungkan disamping Rasulullah SAW dan Beliau bergerak – gerak dan hal itu mengherankan daku, kemudian Nabi SAW memberikan Burdah (selendang) kepada orang yang mensenandungkannya.

Ketika menyusun qasidah ini dan melihat Nabi SAW di dalam tidurnya, kemudian Al Bushiri melagukan di sisi Nabi SAW, dan
seolah – olah Nabi SAW bergerak seperti halnya cabang – cabang pohon bergerak, setelah Al Bushiri sampai kepada kata –
katanya

‏(ﻓـﻤﺒـﻠﻎ ﺍﻟﻌـﻠﻢ ﻓـﻴﻪ ﺃﻧـﻪ ﺑـﺸــﺮ ‏)

ia tidak bisa menyempurnakannya, kemudian Rasulullah SAW berkata
kepadanya : bacalah.
Jawab Al Bushiri : saya tidak bisa membuat
mishra’ (suatu ‘ajz, atau rangkaian kedua dari satu bait) terhadap mishra’nya yang pertama. Lalu Rasulullah SAW berkata :

‏( ﻭﺃﻧـﻪ
ﺧـﻴـﺮﺧـﻠـﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﻠﻬـﻢ ‏)

karena itu Al Bushiri memasukkan
mishra’ ini ke dalam baitnya tersebut, tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi SAW, dan Al Bushiri menjadikan shalawat
yang dibaca berulang – ulang setiap selesai membaca satu bait

– bait Burdah , karena kecintaannya kepada lafadzh Nabi SAW.
Pada dasarnya Burdah itu sendiri tidak bisa menyebabkan kekeramatan bagi setiap orang, dan tidak lain hal itu bisa terjadi
hanya karena mempercayainya dengan kesungguhan dan keikhlasan, sehingga tergambarlah keistimewaan, dan keajaiban

– keajaiban, dan memang demikianlah Burdah itu bagi sebagian orang diamalkan untuk mengharapkan perjumpaan dirinya dengan
Rasullullah SAW.

Secara umum Burdah memberikan pengaruh dalam hal antara lain :

a. Pengaruhnya di dalam kelompok – kelompok yang terkenal
Tidak ada yang menghafalkan qasidah yang panjang
sebagaimana halnya mereka menghafalkan Burdah itu
bahkan menjadikannya sebagai wirid : dibaca di waktu pagi
dan sore, bahkan ada yang membaca di suatu makam yang
bagus sesudah shalat fajar tiap hari Jum’at. Banyak pula
orang – orang yang mengumpulkan anak – anak kecil untuk
membaca Burdah di samping jenazah.

b. Di dalam karang – mengarang
Adapun pengaruhnya dalam dunia karang mengarang lahirlah banyak pengarang dan pensyarah terhadap burdah sehingga timbul bermacam-macam syarah (komentar). Dalam hal ini yang sudah memberi komentar antara lain ialah, Ibnu Sho- ight yang wafat tahun 776, Ali bin Muhammad al Qolasha wafat pada tahun 891, Syihabuddin ibn al-Imaad yang wafat pada tahun 808, Asyaikh Khalid al Azhary yang wafat tahun 905, Jalaludin al Machali, Muhammad bin Achmad al Marzuqiy, Muhammad al Mishry, Zakariya al Anshory.

c. Di dalam pengajaran
Mengenai pengaruhnya di dalam pengajaran, hal ini di lakukan misalnya oleh ulama – ulama Al Azhar pada setiap hari kamis dan jum’at dengan mengajar Chassiyah Al Bajury
‘Alal Burdah. dan pengajaran ini banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa.

d. Di dalam puisi
Pengaruh burdah dalam dunia atau dilingkungan syi’ir (sajak dan sastra) dan para sastrawan sangat besar sekali dan mereka memuatnya dalam sajak – sajaknya. Mensyatharnya (istilah syi’ir arab), melimakannya, mentujuhkannya,
mensepuluhkannya, dan mengarudlkannya (membuat perumpamaan atau sajak yang menyerupainya).

Pengertian Burdah

Ibnu Saiyidih berkata : kata Burdah itu berasal dari Al Burdu yaitu baju yang bergaris – garis dan orang Arab mengkhususkannya
untuk hiasan, jama’nya : abradun, abrudun dan burudun. Sedang Al Burdatu yaitu kain yang digunakan sebagai selimut. Ada yang
mengatakan apabila terbuat dari bulu berumbai – rumbai dinamakan Burdah.

Syamir mengungkapkan orang Arab
Khuzaimiyah kerap kali menggunakan semacam sapu tangan/kain
yang terbuat dari bulu yang ia gunakan bersarung, akupun menanyakannya : apakah namanya ini? Ia menjawab : ini adalah
Burdah selubung yang bergaris. Burdah adalah kain persegi empat yang ada hitamnya. Burdah lebih mirip dengan selendang
karena kasar atau halusnya.

a. Burdah atas nama Ka’ab bin Zuhair
Bânat Su’âd, itulah nama sebuah syair pujian yang sangat masyhur. Syair ini merupakan karya Ka’ab bin Zuhair yang memiliki saudara yang bernama Bujair yang terlebih dulu
masuk Islam, ketika mengetahui Bujair masuk Islam Ka’ab marah dan saat itu timbul kebenciannya kepada Islam dan
Rasulullah SAW . Beberapa kali Ka’ab mengejek Rasulullah SAW.
Sepulang Rasulullah SAW dari Perang Thâif, Bujair menulis surat kepada saudaranya untuk memeluk Islam dan mengingatkan kabar buruk jika ia menolak. Bujair menyarankan Ka’ab untuk bertaubat dan memeluk Islam.
Ka’ab mendatangi Rasulullah SAW di Madinah untuk bertaubat dan meminta perlindangan namun para sahabat ketika mendengar bahwa ia adalah Ka’ab langsung meminta
izin kepada Rasulullah untuk memenggal kepalanya karena kelakuannya yang selalu menghina Nabi SAW.

Saat itu Kaab bin Zuhair sudah berusia 100 tahun. Namun Nabi melarang
para sahabat dan memaafkan Ka’ab yang telah bertaubat.

Kaab bin Zuhair adalah salah satu penyair terkenal di kalangan Jahiliah dengan nama panggilan Ibnu Abi Salma.

Maha Suci Allah, Ka’ab langsung berubah dan menjadi sangat mencintai Rasulullah SAW, secara spontan Ka’ab melantunkan sebuah syair pujian untuk Rasulullah SAW yang
terkanal dengan sebutan Banaat Su’aad (Putri-putri Su’ad) artikel sebelumnya pada blog ini.

terdiri dari 59 bait puisi. Atas dasar itu Nabi SAW memberikan Burdah (jubah) yang dipakainya kepada Kaab bin Zuhair.
Jubah yang menjadi milik keluarga Ka’ab
tersebut akhirnya dibeli oleh Mu’awiyyah bin Abu Sufyan seharga (20.000) dua puluh ribu dirham, kemudian burdah tersebut dibeli lagi oleh Abu Ja’far Al Manshur dari Dinasti
Abbasiyah dengan harga (40.000) empat puluh ribu dirham.
Burdah itu hanya dipakai sekali olehnya pada waktu shalat ‘Id dan diteruskan secara turun – menurun.

b. Burdah atas nama Imam Al-Bushiri
Sedangkan qasidah Burdah yang disusun oleh Al Bushiri nama aslinya adalah Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Madhi Khair Al-Bariyyah (Bintang – bintang Gemerlap tentang
Pujian terhadap Sang Manusia Terbaik).

Namun lebih dikenal dengan nama Burdah Al-Madih Al-Mubarakah atau Burdah saja.

Ia menulis burdah ini semata-mata untuk memuji Nabi SAW dan tidak mengharapkan sesuatu berupa harta benda seperti yang terjadi pada Ka’ab bin Zuhair sebagaimana tersebut diatas.

Al Bushiri hidup pada masa transisi yakni kekuasaan Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamalik Bahriyah. Dimana pergolakan
politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintah mengejar kedudukan dan kemewahan.

Munculnya qasidah Burdah itu juga merupakan reaksi terhadap situasi politik, _sosial dan kultur pada masa itu agar
mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi SAW.

Bacaan bacaan Burdah

Ibrahim Al Bajuri menyatakan bait Burdah yang diawali dengan Alhamdulillah tidaklah termasuk rangkaian Burdah yang disusun
oleh Imam Al Bushiri. Walaupun indah, menurut sastrawan Arab tidaklah tepat kalau Burdah yang disusun Al Bushiri dimulai
dengan bait itu, karena kebiasaan sastrawan Arab di dalam memulai syairnya selalu didahului dengan menyebut maksud dan
tujuan syairnya. Dalam hal ini karena Burdah dimaksud untuk memuji Nabi Muhammad SAW, keasyikan pengarang terhadap
Nabi, jadi haruslah dimulai dengan menyebut tujuan keasyikan, kerinduan dan sebagainya.

Itu pula sebabnya penyair – penyair Arab tidak pernah memulai syairnya dengan “ Bismillah ” atau “Alhamdulillah ”, kecuali kalau
memang rangkaian gubahannya itu langsung berhubungan dengan pujian terhadap Allah SWT.
Burdah ini terdiri dari 160 bait syair :

a. Di mulai dengan Amintarazak

ﺍﻣﻦ ﺗـﺬ ﻛـﺮ ﺟـﻴـﺮﺍﻥ ﺑـﺬﻱ ﺳـﻠـﻢ
ﻣـﺰﺟﺖ ﺩﻣﻌﺎ ﺟـﺮﻯ ﻣﻦ ﻣﻘـﻠﺔ ﺑـﺪﻡ

Artinya :
1. “Adakah karena engkau mengenang seorang kawan di Dzi
Salami engkau mencucurkan air mata bercampur darah di pelupuk matamu”
2. “ ataukah oleh karena_angin berhembus dari arah Kadzimah atau apakah oleh karena seminar kilat di waktu gelap dari
arah danau Idlami.

Penjelasan :

· “ Dzi Salami ”, tempat antara Makkah dan Madinah.
· “Kadzimah” , jalan menuju Makkah.
· “Idlami” , sebuah oase (waduk, serupa danau) di dekat Madinah.

Nama – nama ini disebut untuk mengenang Nabi Muhammad SAW.
Bukankah beliau dilahirkan di Makkah dan wafat di Madinah?

Tempat – tempat itu pernah beliau lalui. Bahkan mungkin pula beliau berhenti di sana.

b. Di akhiri dengan Maa rannahat

ﻣﺎ ﺭﻧﺤـﺖ ﻋـﺬﺑﺎﺕ ﺍﻟﺒـﺎﻥ ﺭﻳـﺢ ﺻـﺒﺎ
ﻭﺍﻃـﺮﺏ ﺍﻟﻌـﻴـﺲ ﺣﺎﺩﻯ ﺍﻟﻌـﻴـﺲ
ﺑـﺎﻟـﻨـﻐـﻢ

Artinya :
“ shalawat itu oh Ya Allah, sepanjang _angin timur yang meniup ke Ka’bah menghembus menggoyangkan pohon Bani dan selama onta yang indah warnanya masih berketipak –
ketipuk pelan melangkah karena gembira, dibuai oleh suara berdendang penggiring sekumpulan onta bimbingannya”.

Sampai di sini habislah Al Burdah itu berjumlah 160 bait,

menurut Syaikh Kholid al Azhariy, demikian pula kata Syaikh Ibrahim Al Bajuri di dalam syarahnya sebagaimana tersebut
dalam Kitab Al Khorbuti . Namun ditambahkan oleh Syeikh Ibrahim Al Bajuri, sungguhpun demikian di naskah yang lain
masih ada lagi kelanjutnya yaitu mulai dari

ﺛـﻢ ﺍﻟـﺮﺿﺎ ﻋـﻦ ﺍﺑـﻲ ﺑـﻜـﺮ ﻭﻋـﻦ ﻋـﻤـﺮ
ﻭﻋـﻦ ﻋـﻠـﻲّ ﻭﻋـﻦ ﻋـﺜـﻤـﺎ ﻥ ﺫﻯ ﺍﻟــﻜــﺮﻡ

sampai

ﺍﺑـﻴـﺎﺗـﻬـﺎ ﻗـﺪ ﺍﺗـﺖ ﺳـﺘــﻴـﻦ ﻣـﻊ ﻣـﺎﺋــﺔ
ﻓــﺮﺝ ﺑـﻬـﺎ ﻛــﺮﺑـﻨـﺎ ﻳـﺎ ﻭﺍﺳــﻊ
ﺍﻟــﻜـﺮﻡ

Dengan demikian berjumlah 166 bait (sebagaimana termaktub di hadapan pembaca) Penutup yang indah ini akan
memberikan kesan yang positif bagi pendengar dan hati pembacanya.

c. Fasal – fasal dalam Burdah
Atas dasar bait-bait diatas, maka ada pula sebagian ulama mengelompokkan Burdah Al Bushiri menjadi (10) sepuluh
fasal atau bagian yang terdiri dari   yaitu :

· Kecintaan kepada Rasulullah SAW
· Peringatan dari godaan hawa nafsu
· Puji – pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
· Kelahiran Rasulullah SAW
· Mukjizat Rasulullah SAW
· Kemulian kitab suci Al Quran dan pujian atasnya
· Isra’ Mi’raj-nya beliau
· Beberapa kejadian peperangan Nabi Muhammad SAW
· Bertawasul kepada Rasulullah SAW
· Munajat dan mengahadapkan segala hajat
Maksud,

Tujuan dan Manfaat Burdah
Selain Burdah masih banyak kumpulan syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW seperti Al Barzanji, Ad Diba’I, namun Burdah
dianggap lebih istimewa karena keunikannya dalam beberapa hal.

a. Syair Burdah dianggap sebagai pelopor yang menghidupkan kembali penggubahan syair – syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.

b. Memiliki sastra tingkat tinggi dan sarat dengan pesan – pesan etika.

c. Tidak sekedar menyajikan sejarah Nabi, tapi juga memberikan pendidikan, ajaran tasawuf dan pesan moral yang mendalam.

d. Sebagi wasilah atau sarana untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit.

e. Dipercaya memiliki kekuatan ghaib sehingga tidak jarang dibacakan pada saat ada hajatan tertentu.

f. Dibaca sebagai amalan khusus pada malam Jumat atau malam tertentu secara kontinyu agar mendapatkan syafaat Nabi SAW dan ampunan Allah Allah SWT.

Qashidah ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu,
Sindi, Inggris, Prancis, Jerman, dan itali.

Di Hadramaut dan di daerah Yaman lainnya, diadakan pembacaan
qashidah Burdah setiap shubuh hari Jumat atau ashar hari selasa.

Sedangkan Ulama Al Azhar di Mesir banyak yang mengkhususkan hari kamis untuk pembacaan burdah dan mengadakan kajian serta penjelasan tentangnya.

Sampai kini masih diadakan pembacaan burdah di mesjid – mesjid besar di
Kota Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab. Di negara Syam (Syiria), majelis –majelis qashidah
Burdah juga diadakan di rumah - rumah dan di masjid - masjid yang di hadiri ulama besar.

Di Maroko pun biasa diadakan majelis
besar untuk pembacaan qashidah Burdah.
Pendapat Ulama’ Tentang Burdah
Burdah dapat dikatakan qasidah penting dalam pujian kepada Baginda Rasul SAW.

Karena itu para ulama diseluruh dunia Islam
menyambutnya dengan hangat.
Qashidah Burdah memang dikenal akan keindahan kata-katanya.

Dr. De Sacy, seorang ahli Bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Prancis, memujinya sebagai Karya puisi terbaik sepanjang masa.
Pembacaan Burdah juga merupakan suatu bentuk zikir untuk bershalawat kepada Baginda Nabi SAW.

Digambarkan tidurnya Al Bushiri merupakan suatu vision, impian didalam kaum sufi
sehingga karena itu suka sekali untuk membaca :

ﻣـﻮﻻﻱ ﺻـﻞّ ﻭﺳــﻠـﻢ ﺩﺍﺋـﻤـﺎ ﺍ ﺑــﺪﺍ
ﻋــﻠﻰ ﺣــﺒـﻴـﺒـﻚ ﺧــﻴـﺮﺍﻟــﺨــﻠـﻖ
ﻛـﻠـﻬــﻢ

“ Oh Allah berikan shalawat dan salam sepanjang waktu atas
kekasih-Mu, makhluk yang sebaik-baik makhluk ( Nabi Muhammad SAW).

Shalawat ini dibaca tiap kali sesudah membaca bait Burdah.

Diceritakan bahwa Al Gharnawi membacakannya tiap malam
agar bertemu dengan Nabi dalam tidurnya, tetapi tidak pernah berhasil. Lalu ia menanyakan hal tersebut kepada seorang Syeikh dan Syeik ini berkata :
Barang kali engkau tidak memenuhi
syaratnya. Al Gharnawi berkata : Bahwa saya ikuti dengan sempurna.
Syeikh itu memeluknya kemudian berkata :
sesungguhnya engkau tidak membaca shalawat sebagaimana Al Bushiri membaca shalawat atas Nabi SAW yaitu :

ﻣـﻮﻻﻱ ﺻـﻞّ ﻭﺳــﻠـﻢ ﺩﺍﺋـﻤـﺎ ﺍﺑــﺪﺍ
ﻋــﻠﻰ ﺣــﺒـﻴـﺒـﻚ ﺧــﻴـﺮﺍﻟــﺨــﻠـﻖ
ﻛـﻠـﻬــﻢ

Ibnu Khaldun pernah mempersembahkan Burdah tersebut kepada
Timur Lank, Pangeran Abdul Qadir Al Jazairi, dan Sang Pangeran menuliskan di benderanya satu bait Burdah saat berperang
melawan Perancis yaitu :

ﻭ ﻣــﻦ ﺗــﻜـﻦ ﺑــﺮﺳــﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻧــﺼـﺮﺗــﻪ
ﺍﻥ ﺗــﻠــﻘـﻪ ﺍﻷ ﺳــﺪ ﻓـﻲ ﺍﺟـﺎﻣــﻬـﺎ
ﺗــﺠـﻢ

“ Barang siapa mengharapkan pertolongan dengan keberkahan Rasulullah, jika bertemu dengan harimau dihutan tidak akan
diterkamnya “.

Syeikh Hasan bin Muhammad Syaddad Ba Umar dalam kitabnya :
Kaifiyat al Wushul Liru’yat Sayyidina ar Rasul Muhammad SAW,
menyatakan bahwa “ Aku telah diberitahu oleh tuan dan kekasihku
Sayyid Ahmad Masyhur Al Haddad, dimana sebagian para pencinta telah datang kepadanya dan meminta saran darinya,
bagaimana dapat mimipi bertemu Nabi SAW. Dia menyuruh untuk membaca suatu bait dari Burdah, dimana setiap satu kali
membaca bait itu, hendaklah bershalawat atas Nabi SAW 10 kali.
Kemudian orang itu melaksanakan perintahnya sehingga dapat
bermimpi Rasul SAW. Adapun bait Burdah yang dibaca tersebut yaitu :

ﻧــﻌـﻢ ﺳــﺮﻯ ﻃــﻴـﻒ ﻣـﻦ ﺍﻫــﻮﻯ ﻓـــﺄﺭﻗـــﻨـﻰ
ﻭﺍﻟــﺤـﺐ ﻳــﻌـﺘــﺮﺽ ﺍﻟـﻠـــﺬﺍﺕ
ﺑــﺎﻷﻟــﻢ

“ Ya … datang dengan diam-diam di malam hari orang yang kucintai dan menyebabkan aku tidak dapat tidur.
Dan cinta itu mengganggu kelezatan dengan kengerian “.

Demikian seklumit tulisan perkenalan tentang Burdah. Apabila di dalam tulisan ini terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari
itu diharapkan masukan dan sarannya untuk menambah khazanah kita.

Semoga dengan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan bisa di amalkan sebagaimana mestinya.

MENYAMBUT KELAHIRAN SAYYIDINA WA HABIBINA WASYAFI'INA WAMAULANA MUHAMMAD SAW.

Diriwayatkan dari Imam Shihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-syafi’i di dalam kitabnya “An-ni’matul Kubraa’alal Aalam” di
halaman 61.

Telah disebutkan bahwa sesungguhnya pada bulan ke sembilan kehamilan Sayyidah Aminah (Rabiul Awwal) saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Sayidina Muhammad shollallohu alaihi wasallam
sudah semakin mendekati, ALLOH Subhanahu wata'ala semakin melimpahkan bermacam anugerahNya kepada keada Sayyidah
Aminah mulai tanggal 1 hingga malam tanggal 12 Rabiul Awwal malam kelahiran Al-Musthofa Baginda Nabi MUHAMMAD Shollallohu Alaihi Wasallam.

Pada Malam Pertama (ke 1 ) :

ALLOH Subhanahu wata'ala melimpahkan segala kedamaian dan
ketentraman yang luar biasa sehingga beliau (ibunda Nabi Sayidina
Muhammad shollallohu alaihi wasallam), Sayyidah Aminah
merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah
dirasakan sebelumnya.

Pada Malam ke 2 :

Datang seruan berita gembira kepada ibunda Nabi sayidina Muhammad shollallohu alaihi wasallam yang menyatakan dirinya
akan mendapati anugerah yang luar biasa dari ALLOH Subhanahu Wata'ala.

Pada Malam ke -3

Datang seruan memanggil “Wahai Aminah… sudah dekat saat
engkau melahirkan Nabi yang agung dan mulia, Muhammad Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam yang senantiasa memuji dan
bersyukur kepada ALLOH Subhanahu wata'ala,

Pada Malam ke - 4 :

Sayyidah Aminah mendengar seruan beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan jelas.

Pada Malam ke - 5 :

Sayyidah Aminah bermimpi dengan Nabi Allah Ibrahim Alaihi Salam.

Pada Malam ke - 6 :

Sayyidah Aminah melihat cahaya Nabi Sayidina Muhammad
shollallohu alaihi wasallam memenuhi alam semesta.

Pada Malam ke - 7 :

Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira
sehingga kebahagiaan dan kedamaian semakin memuncak.

Pada Malam ke - 8 :

Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil dimana-mana,
suara tersebut terdengar dengan jelas mengumandangkan
“Bahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi agung, Kekasih ALLOH Subhanahu wata'ala Pencipta Alam Semesta.”

Pada Malam ke - 9 :

ALLOH Subhanahu wata'ala semakin mencurahkan rahmat belas
kasih sayang kepada Sayyidah Aminah sehingga tidak ada
sedikitpun rasa sedih, susah, sakit, dalam jiwa Sayyidah Aminah.

Pada Malam ke - 10 :

Sayyidah Aminah melihat tanah Tho’if dan Mina ikut bergembira
menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad shollallohu alaihi
wasallam.

Pada Malam ke - 11 :

Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut
bersuka cita menyongsong kelahiran Sayyidina wahabibina
wasyafi'ina wamaulana Muhammadin shollallohu alaihi wasallam.

Malam detik-detik kelahiran Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam , tepat tanggal 12 Rabiul Awwal jam 2 pagi. Di malam ke
12 ini langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun.

Saat itu Sayyid Abdul Mutholib (kakek Baginda Nabi MUHAMMAD Shollallohu Alaihi Wasallam) sedang bermunajat kepada ALLOH
Subhanahu wata'ala di sekitar Ka’bah. Sayyid Aminah sendiri di rumah tanpa ada seorangpun yang menemaninya.

Tiba-tiba beliau, Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah
dan perlahan-lahan muncul 4 wanita yang sangat anggun, cantik,
dan jelita diliputi dengan cahaya yang memancar berkemilau serta
semerbak harum memenuhi seluruh ruangan.
Wanita pertama datang berkata,”Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah, sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi yang
agung, junjungan semesta alam.
Beliaulah Baginda Nabi
MUHAMMAD Shollallohu Alaihi Wasallam .

Kenalilah aku, bahwa aku
adalah istri Nabiyyalloh Adam alaihissalam, ibunda seluruh umat manusia., aku diperintahakan ALLOH Subhanahu wata'ala untukmenemanimu.”

Kemudian datanglah wanita kedua yang menyampaiakan kabar
gembira, “Aku adalah istri Nabiyyalloh Ibrahim alaihissalam
diperintahkan ALLOH Subhanahu wata'ala untuk menemanimu.”
Begitu pula menghampiri wanita yang ketiga,”Aku adalah Asiyah
binti Muzahim, diperintahkan ALLOH Subhanahu wata'ala untuk
menemanimu.”
Datanglah wanita ke empat,”Aku adalah Maryam, ibunda Nabiyyaloh
Isa alaihissalam menyambut kehadiran putramu Muhammad
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam .”

Sehingga semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan ibunda Baginda Nabi MUHAMMAD Shollallohu Alaihi Wasallam yang tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata.

Keajaiban berikutnya
Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah
Aminah dan mereka memanjatkan puji-pujian kepada ALLOH Subhanahu wata'ala dengan berbagai macam bahasa yang berbeda.

Detik berikutnya Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh beliau bermacam-macam bintang di angkasa yang
sangat indah berkilau saling beterbangan.

Detik berikutnya ALLOH Subhanahu wata'ala memerintahkan kepada Malaikat Ridwan agar mengomandokan seluruh bidadari syurga agar
berdandan cantik dan rapih, memakai segala macam bentuk
perhiasan kain sutra dengan bermahkota emas, intan permata yang
bergemerlapan, dan menebarkan wangi-wangian syurga yang harum
semerbak ke segala arah.

Lalu trilyunan bidadari itu dibawa ke alam
dunia oleh Malaikat Ridwan, terlihat wajah bidadari itu gembira.

Lalu ALLOH Subhanahu wata'ala memanggil :

“Yaa Jibril…
serukanlah kepada seluruh arwah para nabi, para rasul, para wali
agar berkumpul, berbaris rapih, bahwa sesungguhnya Kekasihku
cahaya di atas cahaya, agar disambut dengan baik dan suruhlah mereka mnyambut kedatangan Baginda Nabi MUHAMMAD
Shollallohu Alaihi Wasallam

Yaa Jibril… perintahkanlah kepada Malaikat Malik agar menutup
pintu-pintu neraka dan perintahakan kepada Malaikat Ridwan untuk
membuka pintu-pintu syurga dan bersoleklah engkau dengan sebaik-baiknya keindahan demi menyambut kekasihKu Baginda
Nabi MUHAMMAD Shollallohu Alaihi Wasallam

Yaa Jibril… bawalah trilyunan malaikat yang ada di langit, turunlah
ke bumi, ketahuilah KekasihKu Muhammad shollallohu alaihi
wasallam telah siap untuk dilahirkan dan sekarang tiba saatnya Nabi
Akhiruzzaman.”

Dan turunlah semua malaikat, maka penuhlah isi bumi ini dengan trilyunan malaikat. Lalu ibunda Rosululloh Shollallohu Alaihi
Wasallam di bumi, beliau melihat malaikat itupun berdatangan
membawa kayu-kayu gahru yang wangi dan memenuhi seluruh jagat
raya. Pada saat itu pula mereka semua berdzikir, bertasbih,
bertahmid, dan pada saat itu pula datanglah burung putih berkilau cahaya mendekati Sayyidah Aminah dan mengusapkan sayapnya
pada Sayyidah Aminah, maka pada saat itu pula lahirlah Baginda Nabi Muhammad Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan
tidaklah Sayyidah Aminah melihat kecuali cahaya, tak lama kemudian terlihatlah jari-jari Baginda Nabi MUHAMMAD Shollallohu
Alaihi Wasallam bersujud kepada ALLOH Subhanahu wata'ala seraya mengucapkan,

“Allahu Akbar.. Allahu Akbar..
Walhamdulillahi katsiro, wasubhanallahib ukrotan wa asiilaa.”

Semakin memuncaklah kegembiraan seluruh alam dunia dan
semesta dan terucaplah

“Yaa Nabi Salam Alaika…
"Yaa Rosul Salam Alaika…
"Yaa Habib Salam Alaika…
"Sholawatullah Alaika.. ”

Matanya bagaikan telah dipakaikan celak mata, senyum indah
terpancar dari wajahnya dan hancurlah berhala-berhala dan
bergembiralah semua alam semesta menyambut kelahiran Baginda
Nabi yang mulia…

ﻳــﺎ ﺃﻛﺮَﻡَ ﺍﻟﺨﻠﻖِ ﻣﺎ ﻟﻲ ﻣَﻦ ﺃﻟﻮﺫُ ﺑﻪ
+ ﺳِـﻮَﺍﻙَ ﻋِﻨـﺪَ ﺣُﻠﻮﻝِ ﺍﻟﺤﺎﺩِﺙِ ﺍﻟﻌَﻤِﻢِ
ﻭﻟَﻦ ﻳَﻀِﻴﻖَ ﺭﺳـﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺟﺎﻫُﻚَ ﺑﻲ
+ ﺇﺫﺍ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢُ ﺗَﺠَﻠَّﻰ ﺑــﺎﺳﻢِ ﻣُﻨﺘَﻘِـﻢِ
ﻳﺎ ﻧَﻔْـﺲُ ﻻ ﺗَﻘﻨَﻄِﻲ ﻣِﻦ ﺯَﻟَّﺔٍ ﻋَﻈُﻤَﺖْ
+ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻜَﺒَـﺎﺋِﺮَ ﻓﻲ ﺍﻟﻐُﻔﺮَﺍﻥِ ﻛـﺎﻟَّﻠﻤَـﻢِ

-» Yaa Akromal Kholqi Mali Man Aludzu Bihi-
Siwaka 'inda Hulu Lil Haditsil 'amimi..

(Wahai makhluk yg paling mulia tiada tempat bagiku bersandar,
Selain engkau ketika terjadi bencana yg menimpa semua makhluk)

-» Walan Yadhiqo Rosulallohi Jahuka Bi-
Idzal Karimu Tajalla Bismi Muntaqimi....

(Ya Rosulalloh tdk akan berkurang derajatmu krn diriku,
Pada saat Tuhan Yang Maha Pemurah bertajalli dgn nama Yang
Maha Menyiksa)

-» Yaa Nafsu La Taqnathi Min Zallatin Adzumat-
Innal Kabaa'iro Fil Ghufroni Kallamami....

(Wahai jiwaku janganlah engkau putus asa krn dosa besar,
Sungguh dosa2 besar itu dalam ampunan ALLOH Subhanahu
wata'ala sama halnya seperti dosa-dosa kecil)

-» Fashrif Hawahaa Wa Hadlir An Tuwalliyahu-
Innal Hawaa Maa Tawalla Yushimi Aw Yashimi…

(Balikan nafsu dan waspada jangan sampai ia memegang pimpinan,
jika ia menjadi pemimpin akan membuta tuli dan membuta tulikan)

-» Wa Roo'ihha Wahya Fil A'maali Saa'imatun-
Wa In Hiyaastahlatil Mar'a Falaa Tushimi…

(Jagalah nafsu ia umpama gembalaan yg harus dijaga setiap sa'at,
Meskipun kelihatan tenang ketika menikmati rumput hendaklah tetap
waspada)

-» Kam Hassanat Ladzatan Lil Mar'i Qotilatan-
Min Khaetsu Lam Yadri Annasama Fiddasami…

(Betapa banyak kelezatan yg mempesona padahal membunuh,
Orang tdk menyadari racun diletakan pada makanan enak)

-» Yaa Robbi Bil Musthofa Balligh Maqosidana-Waghfirlana
Mamadlo Yaa Wasi'al Karomi...

(Yaa Alloh ya Tuhanku,daku memohon terimalah hajat kami dgn
berkah nabi pilihan..
Dan ampunilah dosa kami yg telah lalu wahai tuhan Yang Maha Mulia).

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠﻰ ﺍَﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ

Sholla Alaihillahu Maa Daamal Hija ...
Yahuudlu Min Bahril Ma'aniy Lujaja...

Muhammadin Sayidi Kulil Muqtafa...
Al-Arobiyil Hasimiyil Mushthofa...

Minggu, 11 Januari 2015

TUGAS NABI MUHAMMAD SAW MENURUT AL QURAN


Oleh:
Akhmad Sahal

Apa saja yang bukan merupakan tugas kenabian Muhammad SAW? Nabi bukan sang pemaksa (Jabbar ) terhadap umatnya.
Juga bukan sosok yang punya wewenang memaksa (Musaythir ) thd umatnya. Artinya,
peran Nabi bukanlah sebagai penguasa yang punya kekuatan pemaksa (coercive power ).
Nabi juga bukan seorang hafidz, juga bukan wakil.
Artinya:
Nabi bukanlah pengawas yang sibuk me- monitoring umatnya. Boro-boro sebagai polisi syariah. Sangat tidak.
Nabi juga bukan orang yang mesti memikul atau menanggung perilaku umatnya, karena masing-masing bertanggung jawab atas perilakunya sendiri-sendiri.

Simak ayat-ayat di bawah ini: 

Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS 4:80)

Dan kaummu mendustakannya (azab), padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: 'Aku ini bukan orang yang diserahi (untuk) mengurus urusanmu' (QS.6:66)

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan(-Nya). Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi Barangsiapa yang menta'ati
mereka; dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka. (QS.6:107)

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya? (QS 10: 99)

Katakanlah:` Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu kebenaran (Al quran) dari
Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk
kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu`. (QS 10: 108)

Rabb-mu lebih mengetahui tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepadamu, jika Dia menghendaki, dan Dia akan mengazabmu, jika Dia menghendaki.
Dan Kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi
penjaga bagi mereka (atas semua perbuatannya)." (QS.17:54)

"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al- Kitab (Al-Qur'an), untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat, maka sesungguhnya, dia semata-mata sesat
buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali, bukanlah orang yang bertanggung-jawab terhadap mereka." (QS.39:41)

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu
bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (QS 88:21-22)

Lantas, apa tugas kenabian Muhammad SAW
menurut Al-Qur'an? Nabi digambarkan semata-mata sebagai pemberi peringatan (nadzir, mundzir ). Juga sebagai pemberi kabar baik (basyir ).
Tugas Nabi hanyalah menyampaikan risalah atau pesan wahyu dari Allah (balagh ).

Simak kelanjutan pasa ayat-ayat berikut:

Jika mereka berpaling, maka Kami tidak mengutus kamu, sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)...
(QS42:48)

Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, dan engkau bukanlah seorang yang berkuasa memaksa mereka. Oleh itu, berilah peringatan dengan Al-Qur'an ini kepada orang yang takutkan janji azab-Ku. (QS 50:45)

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu
bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (QS 88:21-22)

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik
kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS7:188)

Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan
sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa
mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (QS 11:12)

Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu
hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap- tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (QS 13:7)

Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu". (QS 22: 49)

Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata". (QS 38:70)

Dan ta'atlah kamu kepada Allah dan ta'atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS5:92)

Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila.
Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (QS 7: 184)

Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad)
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS 16:82)

Dan Kami turunkan (Al-Qur'an) itu dengan sebenar- benarnya dan Al-Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus
kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (QS 17:105)

Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (QS25: 56)

Dan supaya aku membacakan Al-Qur'an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa
yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (QS 27:92)

Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama
Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS 33: 45-46)

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS: 34:28)

Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan
membawa kebenaran sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS 35:24)

Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (QS 46:9)

Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (QS 48:8)

Dan ta'atlah kamu kepada Allah dan ta'atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS 5:92)

Sebagai kesimpulan, syi'ar Islam dengan cara paksaan, intimidasi, kekerasan,ancaman, sangatlah bertentangan dengan teladan Nabi Muhammad SAW seperti
digambarkan Qur'an, atau degan kata lain: sangat tidak Qur'ani.

Jika umat Islam memang betul-betul mau meneladani Nabi dalam menegakkan syi'ar Islam, mestinya mereka
meneladani Nabi yang menegakkan Islam dengan cara dakwah. Esensi dakwah itu tidak lain adalah ajakan dan undangan kepada kebaikan. Namanya saja undangan.
Tentu saja dengan cara sukarela.
Kalau ada yang menolak seruan tersebut, maka itu menjadi tanggung jawabnya sendiri di akhirat kelak.